Rabu, 10 Oktober 2012

Menelusuri Jejak Masa Lampau: Rel Lori PLTA Ketenger




jembatan lori di atas kali ketenger
Menelusuri jejak-jejak masa lalu adalah sebuah hobby yang amat sangat mengasyikan. Selain dapat mengenang masa lalu kegiatan ini dapat juga dijadikan wisata edukasi untuk mengenal lebih jauh bagaimana perjalanan sejarah suatu tempat. Mengingat lamanya tanah air kita dijajah bangsa asing, mulai dari belanda maupun jepang maka banyak dijumpai peninggalan-peninggalan masa lampau yang amat sangat menarik untuk ditelusuri. Salah satu peninggalan era kolonialisasi belanda dan yang terdekat dari tempat tinggal penulis (desa karangmangu) diantaranya adalah rel lori peninggalan ANIEM (Algemee Nedherlandsen-Indishe Electriciteit Maschapij). Bagaimanakah keadaannya setelah 70 tahun pembangunannya yaitu tahun 1939.? Mari kita simak.

TIANG KATROL TAHUN 1949

TIANG KATROL TAHUN 2012
 Berbekal informasi dan beberapa foto yang diperoleh dari www.banjoemas.com dan dibumbui rasa ingin tahu dan penasaran yang meledak-ledak,penelusuran rel pun akhirnya dimulai. Sebagai informasi rel peninggalan era kolonialisasi belanda ini berada di desa ketenger kecamatan Baturraden,Banyumas, Jawa Tengah. Jalur rel ini memiliki panjang sekitar 2,2 km. Rel lori ini berfungsi sebagai jalur transportasi untuk mengangkut bahan dan material guna membangun PLTA ketenger. Penelusuran dimulai dari dusun karangpule dimana rel lori bersinggungan dengan jalan aspal,yang dulunya sebagai tempat bongkar muat material. Disini dapat dijumpai bangunan seperti crane berwarna kuning sebagai tempat bergantungnya katrol untuk mengangkat bahan dan material. Dibagian atas terdapat angka tahun pembangunannya yaitu tahun 1939. Meskipun sudah hampir seratus tahun sejak pembangunannya, bangunan ini masih tetap terjaga kelestariannya hanya saja,seingat penulis dahulu tahun 90-an masih ada sisa katrol yang menggantung namun sekarang sudah tidak dapat dijumpai. Kemudian di sebelah utaranya terdapat sisa bangunan yang dulunya adalah gudang material. Tak berbeda dengan tiang katrol,jalur rel ditempat ini juga masih terjaga keutuhannya, meskipun saat ini sudah mulai berkarat dan sedikit lapuk termakan usia.

jembatan diatas sungai Gumawang

 Bergerak kearah barat sekitar 80 meter akan ditemui tikungan ke arah kanan. Rel lori terletak berdampingan dengan sungai kecil sebagai saluran irigasi sawah warga. Dan disebelah kiri terdapat sungai gumawang. Setelah berjalan sekitar 300 meter akan dijumpai jembatan lori menyeberangi sungai gumawang. Kondisi konstruksi jembatannyapun masih bardiri kokoh bahkan bantalan rel yang terbuat dari kayu masih ada, meski sudah sedikit lapuk dan terdapat sedikit lubang sehingga harus berhati-hati untuk menyeberang. Sungai yang berhulu di lereng gunung slamet ini mengalirkan air jernih dan memiliki pemandangan yang indah dengan batuan beku hasil erupsi gunung slamet pada masa silam. Sayangnya banyak warga sekitar yang kurang mengindahkan kebersihan lingkungan dan membuang sampah di sungai ini.

 Setelah menyebrangi sungai gumawang rel memasuki kebun-kebun warga. Disini rel sudah tertimbun tanah, hanya nampak ditempat tertentu saja. Tapi masih dapat ditelusuri jejak bantalan rel yang terbuat dari beton. Tampaknya warga memang tidak menanami atau menjadikan jejak jalur rel ini sebagai bagian dari tanah kebun karena berjalan diatas jejak rel terasa seperti menyusuri jalan stapak tanpa ada tumbuhan besar yang tumbuh diatasnya. Sepanjang perjalanan pemandangannya sungguh amat indah dengan ditemani kicauan burung dan keindahan lembah sungai gumawang serta hijaunya sawah warga.

bekas tiang beton jembatan diatas sungai Banjaran
 Jembatan diatas sungai ketenger-pun masih berdiri kokoh dengan arsitektur khas bangunan belandanya. Setelah berjalan sekitar 800 meter rel kembali bersinggungan dengan jalan aspal menuju melung. Diatas jalan ini rel sudah benar-benar tak tampak,tertimbun tanah dan aspal. Seingat penulis rel melintang dan beriringan dengan jalan raya. Keadaan yang sangat mengejutkan terjadi dengan jembatan lori yang menyeberang diatas sungai banjaran. Diatas sungai banjaran jembatan lori sudah tidak ada sama sekali,hanya tiang penyangga betonnya saja yang masih berdiri tegak. Entah karena lapuk dan akhirnya jembatan ini roboh atau karena sebab lain sehingga jembatan ini akhirnya dipindahkan oleh tangan tak bertanggung jawab. Disungai banjaran terdapat dam jepang buatan jaman penjajahan jepang tahun 40an,yang berfungsi menangkap lebih banyak air untuk memutar turbin. Yang pada saat itu memang kekurangan debit air.

 Penelusuranpun dilanjutkan ke arah desa melung. Dengan jalur rel sebagai penunjuk jalan. Lagi-lagi jalur rel kembali menghilang,dan hanya bantalannya saja yang masih tersisa. Disini jalan rel sudah benar-benar tertutup semak belukar,tetapi hal inilah yang membuat perjalanan menjadi semakin mengasyikkan. Tak seberapa lama berjalan rel akan melewati tepian tebing yang memiliki keindahan alam yang sangat bagus. Dari sini lembah sungai banjaran yang indah dengan latar belakang kota purwokerto dapat terlihat dengan jelas. Oleh karena itu tempat ini menjadi tempat favorit bagi mudamudi untuk menghabiskan waktu sore hari.

Dan sekitar 100 meter kearah barat kita sampai pada ujung barat rel lori. Rel ini berakhir tepat disamping gudang penyimpanan yang saat inipun masih berdiri kokoh. Berakhirnya rel lori bukan berarti perjalanan berkhir begitu saja. Karena dari sini kita masih bisa melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih menarik tentunya. Kearah kanan yang berarti menelusuri pipa saluran air ke arah hulu(kolam penampungan), atau kearah kiri menuruni pipa menuju PLTA KETENGER.

 Sudah selayaknya sebagai penerus negeri ini kita menjaga dan melestarikan hasil budaya masa lalu. Sayangnya kita sering kali kurang peduli dan membiarkan peninggalan masa lalu ini terabaikan. Padahal apabila dapat dikelola dengan baik dan benar dapat menjadi tempat wisata sejarah yang dapat menambah kemaslahatan bagi masyarakat sekitar.

2 komentar:

  1. Salut penelusurannya, kapan-kapan kita susuri bersama lagi dengan beberapa komunitas sekaligus.

    salam lestari

    Jatmiko W
    Banjoemas History Heritage Community
    www.banjoemas.com

    BalasHapus